MASA
KELAHIRAN DAN SILSILAH KELUARGA
NABI
MUHAMMAD SAW
.
.
.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan
kehadirat Allah Subhanallahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Sirah Nabawiyah dengan judul “Masa Kelahiran dan Silsilah
Keluarga Nabi Muhammad SAW”.
Terimakasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini serta
sumber-sumber yang diambil sebagai referensi. Makalah ini membahas mengenai masa kelahiran Nabi yang
meliputi saat menjelang dan saat kelahirannya. Selain itu, kami juga
menambahkan silsilah keluarga Nabi baik dari jalur ayah maupun ibu yang dikutip
dari berbagai sumber terpercaya, seperti buku, jurnal, maupun tesis, dengan
harap pembaca bisa lebih percaya dan yakin dengan penjabaran yang telah
dipaparkan.
Dengan segala hormat, sebagaimana manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan. Kami sebagai penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat penulisan yang salah dan segala kekurangan.
Kritik dan saran pembaca pastinya masih kami butuhkan untuk perbaikan penulisan
karya selanjutnya.
Demikian, semoga ada manfaat yang dapat diambil dari
makalah ini.
Semarang, 11
Januari 2020
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman pada masa sekarang telah
banyak mengambil alih kontrol kepribadian masyarakat. Dimana kini masyarakat
berlomba-lomba untuk menentukan idol guna dijadikan sebagai panutan bagi
kehidupannya kelak. Sayangnya, hal ini menimbukan budaya fanatisme yang
berlebihan sehingga menggeser rating keheroikan tokoh-tokoh Islam yang mana
lebih cocok dan patut untuk dijadikan sebagai tauladan.
Terkhusus Nabi Muhammad SAW, yaitu Nabi
terakhir yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia. Beliau merupakan
sosok yang sempurna sebagai utusan Allah dalam mengemban ajaran agama Islam,
yang mana beliau datang ditengah-tengah kejahiliyahan umat pada masa itu. Jahiliyah yang dimaksud adalah bukan bodoh dalam masalah
kecerdasan, melainkan masalah aqidah dan akhlak. Sehingga Rasululah mendapatkan
tugas yang cukup berat yaitu merombak serta merubah budaya tatanan masyarakat
yang penuh maksiat menjadi lebih bersahaja dan bernilai Islam.
Nabi Muhammad merupakan sosok panutan yang paling ideal bagi
seluruh masyarakat Islam. Namun karena kurangnya pemahaman banyak masyarakat
yang tidak mengenal beliau secara detail mengenai kehidupan beliau. Oleh
karenanya dalam makalah ini akan dijabarkan mengenai salah satu bab Sirah
Nabawiyah yaitu Kelahiran dan Nasab agar dapat meningkatkan pemahaman serta
dapat menjadikan Rasulullah sebagai panutan dalam kehidupan.
1. Bagaimana detik menjelang dan kelahiran
Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana keadaan keluarga Nabi Muhammad
SAW pada saat kelahiran?
3. Bagaimana silsilah keluarga Nabi Muhammad
SAW?
BAB II
PEMBAHASAN
Aminah yang ditinggal dalam keadaan hamil oleh
kepergian suami tercinta menemui Allah SWT menghibur hatinya dengan janin yang
dikandungnya. Kesedihannya pun diringankan oleh mertuanya -Abdul Muththalib-
yang juga kehilangan putranya yang paling dia cintai yang merupakan suami
Aminah.
Hari demi hari, minggu dan bulan silih berganti.
Riwayat-riwayat menyatakan bahwa Aminah tidak mengalami gangguan atau kesulitan
akibat kehamilannya sebagaimana yang biasa dialami oleh wanita-wanita hamil.
Ini bisa jadi karena harapannya terhadap janin yang dikandungnya menutupi rasa
sakit, pening dan mual. Bahkan, dalam beberapa riwayat, selama masa kehamilan
itu, dari saat ke saat, ada bisikan atau
mimpi yang menggemberikannya tentang janin yang dikandungnya.[1]
Diriwayatkan bahwa pada suatu malam, ketika bulan
memancarkan sinarnya dengan terang, sekali lagi Aminah mendengar suara berkata:
“Tidak lama lagi Engkau akan melahirkan tokoh umat ini… kalau dia lahir
berdoalah memohon perlindungan untuknya dari Yang Maha Esa dan dari semua yang
iri hati dan namailah dia Muhammad.”[2]
Pada hari Senin malam menjelang fajar , Aminah dengan
ditemani hanya oleh Jariah-nya (pembantunya yang berasal dari Ethiopia),
Barakah Ummu Aiman, mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan. Disebutkan
juga dalam beberapa riwayat bahwa bidan yang membantu Aminah melahirkan adalah
al-Syaffa’. Beliau lahir di kediaman Abu Thalib, di Syi’b (celah jalan
menuju bukit) Bani Hasyim.[3]
Pada mulanya Aminah merasa takut dan ini sangat wajar,
lebih-lebih bagi kelahiran pertama. Tetapi tidak lama kemudian dia merasa ada
cahaya yang memenuhi dunianya, lalu tampak olehnya seakan-akan sejumlah
perempuan mengelilingi pembaringannya dan mencurahkan kasih sayang kepadanya.
Terbayang olehnya bahwa terdapat diantara wanita-wanita itu Maryam putri ‘Imran
(ibu Nabi Isa AS), Asiyah istri Fir’aun, dan Hajar (ibu Nabi Ismail AS).[4] Tanpa menanti lama Aminah
melahirkan secara normal sebagaimana semua ibu melahirkan anaknya.
Ibnu Sa’d meriwayatkan, bahwa ibu Rasulullah berkata,
“Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku,
menyinari istana-istana di Syam.” Lalu Ibnu Katsir berkata, “Mengapa hanya
negeri Syam yang dikhususkan sebagai kawasan yang akan diterangi cahaya? Hal
tersebut merupakan isyarat bahwa kejayaan dan kekokohan agama Islam di negeri
Syam. Oleh karena itu, kelak diakhir zaman Syam akan menjadi benteng agama
Islam dan para pemeluknya. Dan disanalah diturunkannya Isa putra Maryam,
tepatnya di Menara Timur berwarna putih kota Damaskus.[5]
Berbeda-beda riwayat dan pendapat para pakar tentang
masa kelahiran Nabi Muhammad SAW. Riwayat yang paling popular adalah beliau
lahir di Tahun Gajah. Tetapi kapan persisnya, ini yang mereka perselisihkan.
Ada yang berkata beberapa hari setelah peristiwa kebinasaan pasukan bergajah,
atau lima puluh hari setelah itu. Ada lagi yang berpendapat beberapa bulan
setelahnya, bahkan ada yang menyatakan bahwa kelahiran beliau terjadi sekitar
tiga puluh tahun atau tujuh puluh tahun
setelah Tahun Gajah.
Bulan kelahiran beliau pun diperselisihkan. Yang
popular adalah tanggal 12 Rabi’ul Awwal, yang ketika itu jatuh pada hari Senin
malam bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 580 Masehi. Sejarawan al-Mas’udi
menilai bahwa kelahiran Nabi terjadi lima puluh hari setelah kehadiran pasukan
bergajah yang kehadiran mereka ketika itu bertepatan dengan hari Senin, 13
Muharram dan mendekat ke Mekkah 17 Muharram, sehingga dengan demikian, masih
menurut al-Mas’udi kelahiran Nabi Muhammad SAW terjadi pada tanggal 8 Rabi’ul
Awwal.
Bahwa Nabi Muhmmad SAW lahir pada hari Senin didukung
oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menyatakan bahwa Rasul SAW
ditanya: “Mengapa berpuasa pada hari senin?”, Beliau menjawab: “Itulah hari aku
lahir.”
Diriwayatkan bahwa ada beberapa bukti pendukung
kerasulan, bertepatan dengan saat kelahiran beliau, yaitu runtuhnya sepuluh
balkon istana Kisra, dan padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi,
serta runtuhnya beberapa gereja disekitar Buhairah setelah gereja-gereja itu
ambles ke tanah. Yang demikian ini diriwayatkan Al-Baihaqi, sekalipun tidak
diakui Muhammad Al-Ghazali.[6]
Aminah menyusukan anaknya beberapa hari lamanya, lalu
dilanjutkan oleh Tsuwaibah, yang dimerdekakan Abu Lahab ketika dia datang
menyampaikan berita kelahiran Nabi saw, juga beberapa hari Tsuwaibah memang
berprofesi sebagai ibu yang menyusukan bayi-bayi. Tsuwaibah sendiri ketika itu
menyusukan juga bayinya yang bernama Masruh.
Pada hari ketujuh dan kelahirannya, Abdul Muththslib
menyembelih beberapa ekor binatang dan menjamu Karib dan sahabat-sahabatnya.
Ketika itu ia ditanya mengapa putra Abdullah itu dinamainya “Muhammad”, berbeda
dengan nama-nama leluhurnya. Abdul Muththalib menjawab: “Aku mengharap dia terpuji berkali-kali di langit dan di bumi”.
Memang kata Muhammad
mengandung arti “terpuji berkali-kali”.
Berbeda dengan Mahmud yang terpuji
walau sekali. Berbeda dengan Hamid
yang berarti memuji walau sekali. Terlepas apakah nama “Muhammad” adalah nama
yang dipilih untuk bayi karena ibunya selalu mendengar suara yang memintanya
untuk menamai bayinya yang bakal lahir dengan nama tersebut, ataukah itu adalah
pilihan kakeknya, Abdul Muththalib yang pasti bahwa ratusan juta manusia setiap
hari selalu menyebut nama itu dalam konteks pujian dan penghormatan sebagaimana
harapan kakeknya itu. Bisa jadi juga, kalau andai menolak riwayat-riwayat yang
menyatakan bahwa nama Muhammad adalah pilihan “langit” yang dipesankan kepada
Aminah, bisa jadi Abdul Muththalib serupa dengan sekian banyak orang yang
mengharapkan anak/cucunyalah yang diutus Tuhan untuk menjadi nabi yang
beritanya tersebar, khususnya di kalangan Ahl al-Kitab.
Abdurrahma as-suhaily (w. 581 H) dalam bukunya Raudh al-Unf menulis bahwa ada tiga
orang sebelum Nabi Muhammad yang bernama “Muhammad” sambil menyebut siapa
mereka. Penamaan itu, tulisnya, karena ayah mereka memperoleh informasi tentang
akan datangnya nabi bernama Muhammad dan mereka mengharapkan bahwa anaknya
itulah orangnya. Ada riwayat yang menyatakan lebih dari tiga orang, tetapi
jumlah mereka dalam aneka riwayat itu tidak lebih dari dua puluh orang.[7]
Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim, tanpa bapak. Setelah
menempuh perjalanan jauh, Abdullah dan rombongannya kembali ke Makkah. Namun
sebelum sampai Makkah, karena letih, Abdullah singgah ke tempat saudara ibunya
di Yatsrib. Lelah yang mendera membuatnya jatuh sakit, sehingga kafilahnya
pulang lebih dulu ke Makkah. Dan Abdullah menghembuskan napas terakhir disana
yang mana pada saat itu usia kandungan Aminah masih 3 bulan.
Kembali pada kelahiran Nabi Muhammad Saw, riwayat yang
sangat logis menyatakan bahwa segera setelah kelahiran beliau itu Aminah
mengutus seseorang untuk menyampaikan berita gembira ini kepada Abdul
Muththalib yang ketika itu sedang berthawaf di Ka’bah dan dengan segera ia
mengunjungi menantu dan cucunya.
Abu Lahab mendengar jariyahnya (hamba sahaya),
Tsuwaibah, menyampaikan berita kelahiran bayi lelaki almarhum saudara
kandungnya (Abdullah). Ia demikian gembira sehingga memerdekakan Tsuwaibah
walau tidak kurang dari empat puluh tahun kemudian, Abu Lahab tampil sebagai
salah seorang yang sangat memusuhi Nabi saw. Kendati demikian, kegembiraannya
terhadap kelahiran Nabi Muhammad diberi ganjaran oleh Allah swt.
Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa paman Nabi saw.,
al-Abbas, setahun setelah kematian saudaranya Abu Lahab, bermimpi melihatnya
memakai pakaian putih dan dia menanyainya tentang keadaannya. Abu Lahab
menjawab dalam mimpi itu bahwa dia di neraka, hanya saja di setiap malam Senin
Allah meringankan siksa atasnya karena dia memerdekakan hamba sahayanya,
Tsuwaibah yang datang menyampaikan kepadanya berita kelahiran keponakannya,
yaitu Nabi Muhammad saw.[8]
Masyarakat Arab sejak dulu dikenal sangat
memperhatikan asal usul. Jangankan manusia, kuda dan unta pun mereka
memperhatikan asal usulnya. Unta yang mereka nilai tidak memiliki garis
keturunan yang baik, mereka tandai hidungnya dengan memotong atau melukainya.
Oleh karena itu tidak sulit menemukan
asal-usul dan garis keturunan Nabi Muhammmad SAW yang merupakan tokoh-tokoh
masyarakat masa mereka masing-masing.[9]
Dari sisi nasab, Nabi Muhmmad adalah
manusia terhormat. Yaitu, berasal dari pasangan Abdullah dan Aminah binti Wahab
bin Abdi Manaf bin Zuhra. Akhlak dan fisik beliau sangat sempurna. Tak
terhitung lagi banyaknya hadits shahih mengenai nasab Nabi Muhammad. Salah
satunya adalah yang diriwayatkan Muslim, bahwasannya Nabi telah bersabda, “Sesungguhnya
Allah telah memilih Kinanah dari anak keturunannya Ismail dan dari Kinanah,
Allah telah memilih Quraisy, lalu dari Quraisy Allah memilih Bani Hasyim, kemudian
dari Bani Hasyim Allah telah memilihku.”[10]
Ada tiga bagian tentang nasab Nabi:
a. Bagian yang disepakati kebenarannya oleh
pakar biografi dan nasab, yaitu sampai Adnan.
b. Bagian yang mereka perselisihkan, yaitu
antara nasab yang tidak diketahui secara pasti dan nasab yang harus
dibicarakan, tepatnya Adnan ke atas hingga Ibrahim.
c. Bagian yang sama sekali tidak diragukan
bahwa didalamnya ada hal-hal yang tidak benar, yaitu Ibrahim ke atas hingga
Adam.[11]
Inilah
rincian dari tiga bagian tersebut :
Bagian pertama:
Muhammad, bin Abdullah bin Abdul Muthalib (yang namanya Syaibah), bin Hasyim
(yang namanya Amru), bin Abdu Manaf (yang namanya Al-Mughirah), bin Qushay
(yang namanya Zaid), bin Kilab, bin Murrah, bin Ka’b, bin Lu’ay, bin Ghalib,
bin Fihr (yang berjuluk Quraisy dan menjadi cikal bakal nama kabilah), bin
Malik, bin Nadhr (yang namanya Qais), bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah
(yang namanya Amir), bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma’ad bin Adnan.[12]
Bagian kedua: Adnan dan seterusnya, yaitu
bin Udad, bin Hamaisa’, bin Salamab, bin Aush, bin Bauz, bin Qimwal, bin Ubay,
bin Awwam, bin Nasyid, bin Haza, bin Baldas, bin Yadlaf, bin Thabikh, bin
Jahim, bin Nahisy, bin Makhi, bin Aidh, bin Abqar, bin Ubaid, bin Ad-Da’a, bin
Hamdan, bin Sinbar, bin Yatsribi, bin Yahzan, bin Yalhan, bin Ar’awy, bin Aid,
bin Daisyan, bin Aishar, bin Afnad, bin Aiham, bin Muqshir, bin Nahits, bin
zarih, bin Sumay, bin Muzay, bin Iwadhah, bin Aram, bin Qaidar, bin Isma’il,
bin Ibrahim.[13]
Bagian ketiga: Ibrahim dan seterusnya,
yaitu bin Tarih (yang namanya Azar) bin Nahur, bin Saru’ atau Sarugh, bin Ra’u,
bin Falakh, bin Aibar, bin Syalakh, bin Arfakhsyad, bin Sam, bin Nuh, bin Lamk,
bin Matausyalakh, bin Akhnukh atau Idris, bin Yard, bin Mahla’il, bin Qainan,
bin Yanisya, bin Syaits, bin Adam.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya
ciptaan Allah di dunia. Karena dari sebelum sampai lahirnya beliau terdapat
peristiwa-peristiwa menakjubkan yang mengiringinya. Beliau lahir dengan normal pada tanggal 12 Rabi’ul Awal
tahun Gajah. Nama Muhammad disematkan oleh kakeknya, Muthalib dengan harap agar
ia bisa dipuji berkali-kali dilangit dan di bumi.
Demikian makalah ini dibuat. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Makalah ini tentu terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan. Oleh karena itu,
pembaca dapat mengkaji dari sumber-sumber yang lain dan melakukan perbaikan
terhadap makalah ini dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. 2016. Sirah Nabawiyah. Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2012. Sejarah Lengkap Rasulullah. Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Shihab, Muhammad Quraish. 2011. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW:
Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati.
[1] Muhammad
Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi
Muhammad SAW: Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta:
Lentera Hati, 2011), hlm. 210.
[9] Muhammad
Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi
Muhammad SAW: Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta:
Lentera Hati, 2011), hlm. 145.
[10] Ali Muhammad
Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah: Jilid 1, (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2012), hlm. 70.
[11] Syeikh
Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2016,
Cet. 44), hlm. 40.