hai sobat, nih aku ada contoh sinopsis novel, di baca ya........
Sinopsis Novel
Sinopsis Novel
Angkatan 20-30an
1. Sinopsis Novel “Salah Pilih”
Judul Novel : Salah Pilih
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun Terbit : 1928 cetakan pertama
Unsur Intrinsik Novel
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun Terbit : 1928 cetakan pertama
Unsur Intrinsik Novel
1. Tema
Secara umum, tema dari novel yang berjudul Salah Pilih adalah Kesalahan Menentukan Pujaan Hati.
Secara umum, tema dari novel yang berjudul Salah Pilih adalah Kesalahan Menentukan Pujaan Hati.
2. Latar
a. Latar Tempat : Sebagian besar di daerah Minangkabau yaitu Maninjau, Sungaibatang, Bayur, dan Bukittinggi. Sebagian juga berada di Pulau Jawa.
b. Latar Waktu : Siang hari.
c. Latar Suasana: Mengharukan
a. Latar Tempat : Sebagian besar di daerah Minangkabau yaitu Maninjau, Sungaibatang, Bayur, dan Bukittinggi. Sebagian juga berada di Pulau Jawa.
b. Latar Waktu : Siang hari.
c. Latar Suasana: Mengharukan
3. Penokohan
a. Asri memiliki watak patuh terhadap orang tua, penyayang, lapang dada, sabar, terpelajar, dan berbudi baik.
b. Asnah memiliki watak baik, berbudi luhur, ramah, sopan, lembut, pemaaf, patuh kepada orang tua, dam sedikit tertutup.
c. Mariati memiliki watak baik hati walau terkadang sikapnya ketus dan asam dan penyayang.
d. Sitti Maliah memiliki watak baik hati dan penyayang.
e. Saniah (Istri Asri) memiliki watak pandai berpura-pura, angkuh, bicaranya kasar, dan suka menyindir.
f. Rusiah (Kakak Saniah) memiliki watak sabar, berbudi baik, dan lembut.
g. Rangkayo Saleah (Ibu Saniah) memiliki watak angkuh, sombong, dan tinggi hati.
h. Dt. Indomo (Ayah Saniah) memiliki watak baik hati, penakut, dan kurang tegas.
i. Kaharuddin (Kakak Saniah) memiliki watak rendah hati dan tidak sombong.
j. Mariah memiliki watak baik hati dan penyayang.
k. Dt. Bendahara memiliki watak teguh pendirian tetapi egois.
a. Asri memiliki watak patuh terhadap orang tua, penyayang, lapang dada, sabar, terpelajar, dan berbudi baik.
b. Asnah memiliki watak baik, berbudi luhur, ramah, sopan, lembut, pemaaf, patuh kepada orang tua, dam sedikit tertutup.
c. Mariati memiliki watak baik hati walau terkadang sikapnya ketus dan asam dan penyayang.
d. Sitti Maliah memiliki watak baik hati dan penyayang.
e. Saniah (Istri Asri) memiliki watak pandai berpura-pura, angkuh, bicaranya kasar, dan suka menyindir.
f. Rusiah (Kakak Saniah) memiliki watak sabar, berbudi baik, dan lembut.
g. Rangkayo Saleah (Ibu Saniah) memiliki watak angkuh, sombong, dan tinggi hati.
h. Dt. Indomo (Ayah Saniah) memiliki watak baik hati, penakut, dan kurang tegas.
i. Kaharuddin (Kakak Saniah) memiliki watak rendah hati dan tidak sombong.
j. Mariah memiliki watak baik hati dan penyayang.
k. Dt. Bendahara memiliki watak teguh pendirian tetapi egois.
4. Alur
Novel tersebut disusun dengan alur.
Novel tersebut disusun dengan alur.
5. Amanat
Berpikirlah dengan bijak dan jangan mengambil keputusan secara tergesa-gesa agar tidak menjadi orang yang menyesal di kemudian hari.
Berpikirlah dengan bijak dan jangan mengambil keputusan secara tergesa-gesa agar tidak menjadi orang yang menyesal di kemudian hari.
6. Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga karena menggunakan nama orang.
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga karena menggunakan nama orang.
7. Gaya Bahasa
Novel ini sebagian besar menggunakan Bahasa Melayu dan terdapat sebagian kata yang tidak dipahami dalam Bahasa Indonesia, serta novel ini terdapat beberapa pribahasa.
Novel ini sebagian besar menggunakan Bahasa Melayu dan terdapat sebagian kata yang tidak dipahami dalam Bahasa Indonesia, serta novel ini terdapat beberapa pribahasa.
Sinopsis Novel Salah Pilih
Di sebuah daerah di Minangkabau, tinggallah sebuah keluarga. Dalam keluarga tersebut terdapat seorang ibu, saudara perempuannya ibu, dan seorang anak perempuan. Anak perempuan itu bernama Asnah, ia adalah anak angkat dari Mariati. Asnah adalah seorang gadis yang cantik, baik, sopan, lembut, serta taat dan patuh terhadap Mariati meskipun Mariati hanyalah ibu angkatnya. Kebaikan hati Asnah itu pulalah yang membuat Mariati teramat sayang kepadanya, sehingga Asnah dapat menjadi obat dalam setiap sakit dan penghibur dikala susahnya.
Setiap kali perlu sesuatu, Mariati lebih senang dilayani oleh Asnah daripada oleh Sitti Maliah, maka Sitti Maliah kadang-kadang merasa iri terhadap Asnah karena tak jarang Mariati lebih membutuhkan Asnah dibanding dirinya. Walaupun demikian, Sitti Maliah tetap senang dan sayang terhadap Asnah karena memang perangai gadis tersebut benar-benar baiknya.
Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya. Namun karena Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tidak dapat selalu bertemu dengan Asnah untuk sekedar berbagi cerita.
Namun seiring berjalannya waktu, berubah pula perasaan Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanyalah sebatas perasaan sayang terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu terus mengalir hingga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Asnah. Walau demikian, Asnah tidak ingin Asri mengetahui perasaan dirinya. Sebisa mungkin dia bersikap biasa manakala Asri pulang.
Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di kampung halamannya saja karena ia merasa ia sudah demikian tua dan sakit-sakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati tadi sangat bertentangan dengan keinginan hati Asri, karena ia sangat ingin meneruskan sekolahnya ke sekolah tingkat SMA dan melanjutkannya ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak yang berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut. Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang untuk menikah.
Asri menyetujui apa saja keinginan ibunya tersebut, hanya saja dia masih bingung dalam mencari calon istri untuk dirinya. Asnah begitu kaget manakala ia mendengar bahwa Asri akan segera menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka dirasa tidak pantas mereka menikah karena dianggap masih sepesukuan yang berasal dari satu kaum. Lalu dipilih-pilihlah wanita di negerinya yang belum menikah. Akhirnya Asri menemukan seorang gadis yang dirasa cocok untuk menjadi pendampingnya kelak, gadis itu adalah Saniah. Keinginan melamar Saniah bukanlah tanpa alasan, Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah adalah seorang perempuan yang baik hatinya dan lembut perangainya. Namun ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro. Jadi, Asri memutuskan untuk meminang Saniah karena dirasa Saniah pun tak jauh beda dengan kakaknya, baik rupa ataupun perengainya.
Sampai suatu saat Asri bersama-sama ibunya memutuskan untuk bertamu ke rumah keluarga Saniah. Keluarga itu adalah keluarga orang terpandang, keluarga seorang bangsawan, kaya, dan terpelajar. Walaupun ibu gadis tersebut memiliki perangai yang kaku dan cenderung angkuh, namun Asri yakin bahwa Saniah tentunya berperangai lain dengan ibunya.
Lalu tak beberapa lama Asri memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan acara pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah benar-benar menampakkan perangai yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga Asri. Perangai demikian itu membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu. Tak lama, dilangsungkanlah upacara perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat meriah.
Setelah menikah, mereka berdua lalu pindah ke Rumah Gedang milik keluarga Asri. Dari situlah diketahui bahwa Saniah tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat sebelum menikah. Saniah begitu memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah adalah seorang anak angkat. Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang berasal dari kaum terpandang. Ternyata perangai Saniah begitu angkuhnya, berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu sering berkata menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah. Bahkan terhadap mertuanya pun, Saniah bersikap kurang sopan. Namun Asnah adalah seorang gadis yang tegar dan sabar serta mempunyai hati lapang, dia tidak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu.
Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin menjadi. Bahkan sekarang dia berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia juga berkata-kata kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat bahwa adat Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah. Hingga membuat kesabaran Asri kian berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke rumah orang tuanya manakala saat itu Sidi Sutan datang menjemput. Yang semula bermaksud Saniah dan Asri, namun karena pertengkaran itu, jadilah Saniah pulang sendiri.
Hingga suatu hari Rangkayo Saleah mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya, Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan anak seorang saudagar batik di Kota Padang, tak tertahankan lagilah amarahnya. Dianggapnya oleh Rangkayo Saleah bahwa Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara Dt. Indomo merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, ia setuju saja anaknya menikah dengan siapapun asal perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat, orang baik-baik, dan sopan santun. Kaya, miskin, bangsawan, berbeda negeri, dan sebagainya tidaklah dipandang sebagai alasan.
Namun Rangkayo Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Padang mendatangi Kaharuddin. Kebetulan saat itu Saniah berada di rumahnya setelah Sidi Sutan menjemputnya dari Rumah Gedang. Maka diajaknyalah Saniah pergi ke Kota Padang. Di tengah jalan kendaraan yang mereka tumpangi sempat berhenti. Lalu sejenak Saniah memandang negeri yang ia tinggalkan. Namun entah mengapa, begitu banyak yang ia ingat saat memandang Rumah Gedang yang nampak jelas terlihat dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat akan suaminya, yang begitu sayang terhadapnya, maka teringatlah ia bahwa ia telah durhaka terhadap suaminya teringat akan dosa-dosa yang ia perbuat terhadap orang-orang disekitarnya termasuk pada Asnah. Lama benar ia memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya. Dan Rangkayo Saleah meminta supir agar memacu kendaraannya lebih cepat agar mereka bisa lebih cepat sampai di tujuan. Sang sopir pun begitu senang ketika Rangkayo Saleah menyuruhnya untuk memacu kendaraannya dengan cepat. Karena baginya inilah saatnya untuk memperlihatkan keahliannya dalam mengendalikan mobil, walaupun jalanan berkelok tajam, juga tebingnya yang begitu curam.
Akhirnya, peristiwa yang sangat tidak di harapkan pun terjadi. Sang sopir kehilangan kendalinya, dan mobil yang dikendalikannya itu jatuh terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering airnya. Rangkayo Saleah meninggal di tempat kejadian, sementara Saniah yang kelihatannya masih bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke rumah sakit. Namun karena kecelakaan yang dialaminya begitu parah, akhirnya Saniah pun meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.
Setelah beberapa lama Saniah meninggal, begitu banyak lamaran yang datang kepada Asri. Namun dia tak ingin salah pilih lagi. Dan ia memutuskan kalaupun ia hendak menikah lagi, ia hanya ingin menikah dengan orang yang sudah sangat dikenal oleh dirinya dan dapat menjadi kawan yang selalu ada dalam susah, sedih, senang, dan gembira yaitu Asnah. Ia tak ingin salah pilih lagi karena ia yakin bahwa Asnahlah satu-satunya perempuan terbaik bagi dirinya. Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah, saudara perempuan Mariati yang tinggal di Bayur. Jadilah Asri mendatanginya sekalian minta izin kepada Mariah untuk menikahi Asnah.
Para penghulu adat dan masyarakat pun sangat kaget mendengar keputusan Asri, karena walau bagaimanapun Asri dan Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan. Walaupun Asri tidak setuju pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah saudara angkat yang dibesarkan bersama-sama dengannya dan tidak ada ikatan darah dengannya.
Namun pikiran orang-orang berlainan dengannya. Dan adat pun mengatakan bahwa jika ada saudara sepesukuan yang melangsungkan perkawinan, maka mereka tidak akan diakui lagi sebagai warga Minangkabau. Dan Asri, daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya dan harus kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa Asnah pergi meninggalkan Minangkabau. Dan ia pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke Jawa.
Awalnya, kehidupan mereka disana tidak begitu berkecukupan. Mereka pun banyak dijauhi oleh orang-orang sekampung mereka yang kebetulan sama-sama berniaga di Jawa. Namun karena usaha keras dan kesabaran hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan yang terpenting, Asri mendapat kebahagiaan bersama Asnah.
Selang beberapa lama, Asri dan Asnah mendapatkan surat dari para penghulu negeri untuk segera pulang ke kampung halamannya. Karena penduduk kampung sadar telah kehilangan orang pintar yang mempunyai cita-cita yang besar untuk kemajuan negerinya. Seiring perkembangan zaman, pengetahuan penduduk pun sudah terbuka lebar dan mereka lebih bisa menanggapi sesuatu hal dengan cara yang masuk akal.
Akhirnya, Asri dan Asnah pulang kembali ke kampung halamannya. Mereka disambut dengan suka cita oleh para penduduk disana. Asri diberikan kedudukan sebagai Engku Sutan Bendahara. Mereka sangat dihormati oleh penduduk dan hidup bahagia selamanya.
Adat dan Kebiasaan dalam Novel 20 – 30an
1. Jika sedarah dilarang menikah, karena Asri dan Asnah sudah tinggal bersama maka penduduk desa menganggap bahwa mereka adalah sedarah sebenarnya tidak, tidak ada ikatan darah apapun. Karena merasa tidak bersalah mereka akhirnya menikah dan mereka harus keluar dari Minangkabau.
2. Harta dan kedudukan, Rangkayo Saleah tidak menyetujui pernikahan anaknya karena mengira Kaharuddin menikah dengan wanita yang tak tentu asal usulnya sebenarnya wanita tersebut adalah anak saudagar batik.
Di sebuah daerah di Minangkabau, tinggallah sebuah keluarga. Dalam keluarga tersebut terdapat seorang ibu, saudara perempuannya ibu, dan seorang anak perempuan. Anak perempuan itu bernama Asnah, ia adalah anak angkat dari Mariati. Asnah adalah seorang gadis yang cantik, baik, sopan, lembut, serta taat dan patuh terhadap Mariati meskipun Mariati hanyalah ibu angkatnya. Kebaikan hati Asnah itu pulalah yang membuat Mariati teramat sayang kepadanya, sehingga Asnah dapat menjadi obat dalam setiap sakit dan penghibur dikala susahnya.
Setiap kali perlu sesuatu, Mariati lebih senang dilayani oleh Asnah daripada oleh Sitti Maliah, maka Sitti Maliah kadang-kadang merasa iri terhadap Asnah karena tak jarang Mariati lebih membutuhkan Asnah dibanding dirinya. Walaupun demikian, Sitti Maliah tetap senang dan sayang terhadap Asnah karena memang perangai gadis tersebut benar-benar baiknya.
Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya. Namun karena Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tidak dapat selalu bertemu dengan Asnah untuk sekedar berbagi cerita.
Namun seiring berjalannya waktu, berubah pula perasaan Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanyalah sebatas perasaan sayang terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu terus mengalir hingga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Asnah. Walau demikian, Asnah tidak ingin Asri mengetahui perasaan dirinya. Sebisa mungkin dia bersikap biasa manakala Asri pulang.
Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di kampung halamannya saja karena ia merasa ia sudah demikian tua dan sakit-sakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati tadi sangat bertentangan dengan keinginan hati Asri, karena ia sangat ingin meneruskan sekolahnya ke sekolah tingkat SMA dan melanjutkannya ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak yang berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut. Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang untuk menikah.
Asri menyetujui apa saja keinginan ibunya tersebut, hanya saja dia masih bingung dalam mencari calon istri untuk dirinya. Asnah begitu kaget manakala ia mendengar bahwa Asri akan segera menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka dirasa tidak pantas mereka menikah karena dianggap masih sepesukuan yang berasal dari satu kaum. Lalu dipilih-pilihlah wanita di negerinya yang belum menikah. Akhirnya Asri menemukan seorang gadis yang dirasa cocok untuk menjadi pendampingnya kelak, gadis itu adalah Saniah. Keinginan melamar Saniah bukanlah tanpa alasan, Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah adalah seorang perempuan yang baik hatinya dan lembut perangainya. Namun ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro. Jadi, Asri memutuskan untuk meminang Saniah karena dirasa Saniah pun tak jauh beda dengan kakaknya, baik rupa ataupun perengainya.
Sampai suatu saat Asri bersama-sama ibunya memutuskan untuk bertamu ke rumah keluarga Saniah. Keluarga itu adalah keluarga orang terpandang, keluarga seorang bangsawan, kaya, dan terpelajar. Walaupun ibu gadis tersebut memiliki perangai yang kaku dan cenderung angkuh, namun Asri yakin bahwa Saniah tentunya berperangai lain dengan ibunya.
Lalu tak beberapa lama Asri memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan acara pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah benar-benar menampakkan perangai yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga Asri. Perangai demikian itu membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu. Tak lama, dilangsungkanlah upacara perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat meriah.
Setelah menikah, mereka berdua lalu pindah ke Rumah Gedang milik keluarga Asri. Dari situlah diketahui bahwa Saniah tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat sebelum menikah. Saniah begitu memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah adalah seorang anak angkat. Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang berasal dari kaum terpandang. Ternyata perangai Saniah begitu angkuhnya, berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu sering berkata menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah. Bahkan terhadap mertuanya pun, Saniah bersikap kurang sopan. Namun Asnah adalah seorang gadis yang tegar dan sabar serta mempunyai hati lapang, dia tidak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu.
Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin menjadi. Bahkan sekarang dia berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia juga berkata-kata kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat bahwa adat Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah. Hingga membuat kesabaran Asri kian berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke rumah orang tuanya manakala saat itu Sidi Sutan datang menjemput. Yang semula bermaksud Saniah dan Asri, namun karena pertengkaran itu, jadilah Saniah pulang sendiri.
Hingga suatu hari Rangkayo Saleah mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya, Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan anak seorang saudagar batik di Kota Padang, tak tertahankan lagilah amarahnya. Dianggapnya oleh Rangkayo Saleah bahwa Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara Dt. Indomo merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, ia setuju saja anaknya menikah dengan siapapun asal perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat, orang baik-baik, dan sopan santun. Kaya, miskin, bangsawan, berbeda negeri, dan sebagainya tidaklah dipandang sebagai alasan.
Namun Rangkayo Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Padang mendatangi Kaharuddin. Kebetulan saat itu Saniah berada di rumahnya setelah Sidi Sutan menjemputnya dari Rumah Gedang. Maka diajaknyalah Saniah pergi ke Kota Padang. Di tengah jalan kendaraan yang mereka tumpangi sempat berhenti. Lalu sejenak Saniah memandang negeri yang ia tinggalkan. Namun entah mengapa, begitu banyak yang ia ingat saat memandang Rumah Gedang yang nampak jelas terlihat dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat akan suaminya, yang begitu sayang terhadapnya, maka teringatlah ia bahwa ia telah durhaka terhadap suaminya teringat akan dosa-dosa yang ia perbuat terhadap orang-orang disekitarnya termasuk pada Asnah. Lama benar ia memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya. Dan Rangkayo Saleah meminta supir agar memacu kendaraannya lebih cepat agar mereka bisa lebih cepat sampai di tujuan. Sang sopir pun begitu senang ketika Rangkayo Saleah menyuruhnya untuk memacu kendaraannya dengan cepat. Karena baginya inilah saatnya untuk memperlihatkan keahliannya dalam mengendalikan mobil, walaupun jalanan berkelok tajam, juga tebingnya yang begitu curam.
Akhirnya, peristiwa yang sangat tidak di harapkan pun terjadi. Sang sopir kehilangan kendalinya, dan mobil yang dikendalikannya itu jatuh terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering airnya. Rangkayo Saleah meninggal di tempat kejadian, sementara Saniah yang kelihatannya masih bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke rumah sakit. Namun karena kecelakaan yang dialaminya begitu parah, akhirnya Saniah pun meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.
Setelah beberapa lama Saniah meninggal, begitu banyak lamaran yang datang kepada Asri. Namun dia tak ingin salah pilih lagi. Dan ia memutuskan kalaupun ia hendak menikah lagi, ia hanya ingin menikah dengan orang yang sudah sangat dikenal oleh dirinya dan dapat menjadi kawan yang selalu ada dalam susah, sedih, senang, dan gembira yaitu Asnah. Ia tak ingin salah pilih lagi karena ia yakin bahwa Asnahlah satu-satunya perempuan terbaik bagi dirinya. Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah, saudara perempuan Mariati yang tinggal di Bayur. Jadilah Asri mendatanginya sekalian minta izin kepada Mariah untuk menikahi Asnah.
Para penghulu adat dan masyarakat pun sangat kaget mendengar keputusan Asri, karena walau bagaimanapun Asri dan Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan. Walaupun Asri tidak setuju pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah saudara angkat yang dibesarkan bersama-sama dengannya dan tidak ada ikatan darah dengannya.
Namun pikiran orang-orang berlainan dengannya. Dan adat pun mengatakan bahwa jika ada saudara sepesukuan yang melangsungkan perkawinan, maka mereka tidak akan diakui lagi sebagai warga Minangkabau. Dan Asri, daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya dan harus kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa Asnah pergi meninggalkan Minangkabau. Dan ia pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke Jawa.
Awalnya, kehidupan mereka disana tidak begitu berkecukupan. Mereka pun banyak dijauhi oleh orang-orang sekampung mereka yang kebetulan sama-sama berniaga di Jawa. Namun karena usaha keras dan kesabaran hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan yang terpenting, Asri mendapat kebahagiaan bersama Asnah.
Selang beberapa lama, Asri dan Asnah mendapatkan surat dari para penghulu negeri untuk segera pulang ke kampung halamannya. Karena penduduk kampung sadar telah kehilangan orang pintar yang mempunyai cita-cita yang besar untuk kemajuan negerinya. Seiring perkembangan zaman, pengetahuan penduduk pun sudah terbuka lebar dan mereka lebih bisa menanggapi sesuatu hal dengan cara yang masuk akal.
Akhirnya, Asri dan Asnah pulang kembali ke kampung halamannya. Mereka disambut dengan suka cita oleh para penduduk disana. Asri diberikan kedudukan sebagai Engku Sutan Bendahara. Mereka sangat dihormati oleh penduduk dan hidup bahagia selamanya.
Adat dan Kebiasaan dalam Novel 20 – 30an
1. Jika sedarah dilarang menikah, karena Asri dan Asnah sudah tinggal bersama maka penduduk desa menganggap bahwa mereka adalah sedarah sebenarnya tidak, tidak ada ikatan darah apapun. Karena merasa tidak bersalah mereka akhirnya menikah dan mereka harus keluar dari Minangkabau.
2. Harta dan kedudukan, Rangkayo Saleah tidak menyetujui pernikahan anaknya karena mengira Kaharuddin menikah dengan wanita yang tak tentu asal usulnya sebenarnya wanita tersebut adalah anak saudagar batik.
2. Sinopsis Novel “Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)”
1. Judul : Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
2. Pengarang : Marah Rusli
3. Penerbit : Balai Pustaka
4. Tahun : 2009, cetakan ke-46
5. Kota : Jakarta
6. Halaman : viii + 335
7. Ukuran : 20 x 13,5
8. Ilustrasi : Ada
2. Pengarang : Marah Rusli
3. Penerbit : Balai Pustaka
4. Tahun : 2009, cetakan ke-46
5. Kota : Jakarta
6. Halaman : viii + 335
7. Ukuran : 20 x 13,5
8. Ilustrasi : Ada
I. Unsur Intrinsik
1. Tema : Percintaan dua remaja belia
2. Penokohan
1 Siti Nurbaya : Baik, Penyayang, Penurut
2 Samsul Bahri : Baik, Perhatian
3 Datuk Maringgih : Kejam, Jahat, Serakah
4 Baginda Sulaiman : Penyabar, Bijaksana, Baik
5 Sutan Mahmud : Keras Hati, Baik, Bijak
6 Siti Maryam : Baik, Penyabar
3. Latar
a. Waktu : Tahun 20 – 30an (Sebelum kemerdekaan)
b. Tempat : Padang, Sumatra Barat dan Jakarta
c. Situasi : Menyenangkan, Menyedihkan, Menegangkan, Mengharukan
d. Sosial Budaya : Padang, Sumatra Barat
4. Amanat :
1. Jangan menjadi orang yang serakah!
2. Bahagiakanlah orang tua kalian selagi bisa!
3. Jadilah pemimpin yang bijaksana!
4. Berfikirlah sebelum bertindak!
5. Jadilah anak yang berbakti kepada orang tua!
5. Nilai Kehidupan :
§ Nilai Etika : Sutan Mahmud terlalu terburu-buru menghukum anaknya dan membuat dirinya resah sendiri karena perbuatannya (Halaman 326)
§ Nilai Estetika : Indahnya Gunung Padang, kanan-kiri pemandangan yang dilihat. Namun sekarang telah rusak akibat ulah manusia (Halaman 46)
§ Nilai Kemanusiaan : Seorang kepala negeri harus melindungi serta menjaga rakyat disekitar tempatnya berkuasa (Halaman 23)
§ Nilai Moral : Insaflah insan akan dirimu, demikianlah juga akhirnya akan jadimu (Halaman 332)
6. Alur/Plot : Maju, Mundur, Maju (Flashback)
7. Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu
8. Sinopsis
1. Tema : Percintaan dua remaja belia
2. Penokohan
1 Siti Nurbaya : Baik, Penyayang, Penurut
2 Samsul Bahri : Baik, Perhatian
3 Datuk Maringgih : Kejam, Jahat, Serakah
4 Baginda Sulaiman : Penyabar, Bijaksana, Baik
5 Sutan Mahmud : Keras Hati, Baik, Bijak
6 Siti Maryam : Baik, Penyabar
3. Latar
a. Waktu : Tahun 20 – 30an (Sebelum kemerdekaan)
b. Tempat : Padang, Sumatra Barat dan Jakarta
c. Situasi : Menyenangkan, Menyedihkan, Menegangkan, Mengharukan
d. Sosial Budaya : Padang, Sumatra Barat
4. Amanat :
1. Jangan menjadi orang yang serakah!
2. Bahagiakanlah orang tua kalian selagi bisa!
3. Jadilah pemimpin yang bijaksana!
4. Berfikirlah sebelum bertindak!
5. Jadilah anak yang berbakti kepada orang tua!
5. Nilai Kehidupan :
§ Nilai Etika : Sutan Mahmud terlalu terburu-buru menghukum anaknya dan membuat dirinya resah sendiri karena perbuatannya (Halaman 326)
§ Nilai Estetika : Indahnya Gunung Padang, kanan-kiri pemandangan yang dilihat. Namun sekarang telah rusak akibat ulah manusia (Halaman 46)
§ Nilai Kemanusiaan : Seorang kepala negeri harus melindungi serta menjaga rakyat disekitar tempatnya berkuasa (Halaman 23)
§ Nilai Moral : Insaflah insan akan dirimu, demikianlah juga akhirnya akan jadimu (Halaman 332)
6. Alur/Plot : Maju, Mundur, Maju (Flashback)
7. Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu
8. Sinopsis
Sinopsis Novel “Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)”
Di daerah Padang, Sumatra Barat hiduplah seorang gadis cantik bernama Siti Nurbaya. Namun sejak kecil dia sudah menjadi piatu, Siti hanya tinggal bersama ayahnya, Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman adalah pedagang terkemuka di Padang. Namun Sulaiman sering meminjam kepada rentenir yang bernama Datuk Maringgih untuk modal dagangannya.
Karena semakin lama Baginda Sulaiman semakin kaya, Datuk Maringgih pun kesal, dia menyuruh kaki tangannya untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman pun jatuh miskin dan pada saat itu Datuk Maringgih menagih hutang Baginda Sulaiman.
Karena tidak dapat membayar hutang, Datuk Maringgih meminta Baginda Sulaiman untuk dapat menikahi Siti Nurbaya. Untuk keselamatan dan kebahagiaan ayahnya, Siti rela menikah dengan Datuk Maringgih. Padahal pada saat itu, Samsul Bahri, kekasih Siti Nurbaya sedang pergi ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Namun Siti tidak menghiraukannya demi ayahnya tercinta.
Di Jakarta, Samsul Bahri menerima surat dari Siti Nurbaya tentang keadaan Siti dan ayahnya akibat ulah Datuk Maringgih.
Pada saat liburan sekolah, Samsul mengunjungi Siti di rumah ayahnya. Saat itu Baginda Sulaiman sedang sakit keras. Dan Siti serta Samsul pun bertemu. Namun pada saat pertemuan tersebut Datuk Maringgih datang, perkelahian pun tak bisa dihindarkan. Baginda Sulaiman mendengar keributan itu, saat akan bangkit dari ranjangnya, Baginda jatuh dan meninggal dunia.
Akibat peristiwa itu Siti diusir oleh Datuk Maringgih, dan Siti pun tinggal bersama bibinya. Sama halnya dengan Samsul. Ia diusir oleh ayahnya, Sutan Mahmud, karena dianggap telah mencoreng nama keluarga. Akhirnya Samsul pergi ke Jakarta dan tidak ingin menemui keluarganya lagi. Siti yang mengetahui hal tersebut ingin ikut pergi ke Jakarta.
Karena Datuk Maringgihtidak suka Siti bersama Samsu, dia menyuruh orang untuk membunuh Siti di kapal menuju Jakarta. Namun usaha itu gagal. Tak hilang akal, Datuk melaporkan Siti ke polisi dengan tuduhan membawa kabur perhiasan miliknya. Siti pun ditangkap dan diadili di Padang. Karena terbukti tidak bersalah Siti pun dibebaskan.
Belum puas, Datuk menyuruh orang menyamar menjadi penjual lemang, karena Siti menyukain lemang, Siti pun mebelinya. Tapi ternyata didalam lemang tersebut terdapat racun yang telah dimasukan Datuk, akibatnya Siti pun meninggal dunia.
Kini Samsul Bahri yang telah menjadi letnan dan mengubah namanya menjadi Letnan Mas ditugaskan untuk menumpas kerusuhan akibat ulah Datuk oleh Pemerintah Belanda. Datuk pun mati oleh Samsul. Dan Samsul pun juga terluka parah akibat perang tersebut.
3. Sinopsis Novel “Si Jamin dan Si Johan”
1. Identitas Buku:
a. Judul : Si Jamin dan Si Johan
b. Pengarang : Merari Siregar
c. Penerbit : Balai Pustaka
d. Tempat Terbit : Jakarta
e. Tahun Terbit : 1921 (cetakan pertama) 2004 (cetakan kedua puluh satu)
f. Jumlah Halaman : 102 halaman
2. Unsur-unsur Intrinsik :
a. Tema : Penderitaan dua saudara dalam manjalani hidup
b. Alur : Maju (Progresif)
c. Latar/Setting :Malam hari di Pasar Baru saat hujan tiba
d. Sudut Pandang Pengarang : Pengarang sebagai orang ketiga
e. Gaya Bahasa : Menggunakan bahasa yang komunikatif
f. Tokoh Penokohan
1) Jamin : Baik hati,penurut,penyabar,rajin,jujur
2) Johan : penurut,pendiam,penyabar
3) Bertes : Keras kepala,berani,mudah terbawa pergaulan
4) Inem : Jahat,berani
5) Mina : baik hati,ramah,bertanggung jawab
6) Fi : Baik hati
7) Kong Sui : baik hati,muada dihasut
g. Amanat : Jalani hidup sesuai yang Allah perintahkan.
h. Sinopsis Novel “Si Jamin dan Si Johan”
Sore itu Inem ibu tiri Jamin dan Johan menunggui kedatangan Jamin,bukan karena kuatir tetapi untuk meminta uang dari Jamin meminta-minta. Karena sebagian uang meminta-mintanya ia belikan nasi untuk ia dan adiknya Inem pun marah hingga menendang si Jamin. Sebenarnya Inem menyiksa Jamin dan Johan merupakan hal yang biasa karena memang wanita itu sangat jahat. Untung Jamin dan Johan adalah anak yang sabar dan penurut. Jamin dan Johan selalu mengingat perkataan almarhum ibunya untuk selalu di jalan Allah dan saling menjaga sampai kapan pun. Jamin selalu disuruh ibu tirinya untuk meminta-minta padahal Jamin sendiri masih berumur 9 tahun dan adiknya 2 tahun dibawahnya. Waktu ibunya masih hidup rumah terawat,makanan dimeja ada,barang perkakas masih terjaga,Jamin dan Johan disayang namun Allah berkehendak lain ibunya meninggal,rumah tak terawat,rumah tak ada isinya lagi dan Jamin dan Johan pun selalu disiksa.Tak itu saja wanita itu suka ke warung candu untuk membeli candu hingga badanya terasa hangat dan tak berdaya dibuat oleh candu yang ia beli dari hasil uang Jamin meminta-minta. Bertes ayah Jamin dan Johan juga suka mabuk hingga kedua anak itu dipukulnya karena tak sadar. Bertes berasal dari Saparua, Ambon. Ia meninggalkan kota kelahirannya untuk menjadi serdadu karena ia pikir ia akan mendapat gaji besar. Waktu itu kedua orang tuanya tidak merestui tapi ia tidak memperdulikan hingga ia menjadi serdadu di Aceh. Saat Bertes sakit karena peperangan di Aceh ia baru sadar bahwa ia banyak salah pada orang tuanya maka ia bercita-cita kembali kekampung halaman dan mencari pendamping hidup. Ternyata orang tuanya telah meninggal. Ia begitu menyesal dan sangat merasa berdosa pada orang tuanya.Setelah itu ia bertemu dengan Mina dan hidup dengan Mina di Prinselaan, Taman Sari. Awalnya rumah tangga mereka baik-baik saja apalagi ketika ia mempunyai 2 orang anak yaitu Jamin dan Johan karena memang Mina sendiri istri yang baik,sabar dan bertanggung jawab. Tetapi setelah 5 tahun pernikahannya,Bertes mulai terpengaruh teman-temannya menjadi pemabuk dan suka bertindak keras. Mina mulai sakit-sakitan hingga ia meninggal dunia. Bertes ternyata juga sering menyiksa Mina bila sedang mabuk. Setelah Mina meninggal kemudian menikah dengan Inem yang tidak berperangkai baik. Sungguh malang nasib Jamin dan Johan sudah piatu sengsara pula hidupnya.
Ketika Inem habis mencandu emosinya tidak dapat dikontrol lagi. Pagi-pagi ia mengusir Jamin untuk meminta-minta uang sampai mendapat lima puluh sen baru ia dapat pulang dan diancamnya bila tidak pulang akan membuang adiknya ke sungai padahal Jamin tidak ingin berpisah dari Johan karena ia sangat sayang pada Johan dan sebaliknya. Jamin segera pergi untuk mencari uang tetapi sunnguh sial hari itu karena sampai malam tak dapat dikumpulkannya uang lima puluh sen. Dari Pasar Baru, Pasar Ikan sampai Pasar Senin ia lalui namun tak tercukupi juga hingga malam yang sangat dingin karena hujan itu membuatnya lemas karena tak satupun makanan yang masuk kecuali sedikit roti dari temannya serta sedikit air ditambah baju yang kotor dan compang-camping membuat ia tak lagi tahan untuk berjalan. Tal kuasa lagi ia berjalan sampai akhirnya ia tidur di seberang warung obat milik Kong Sui. Pagi harinya Kong Sui melihat Jamin yang terkapar tak berdaya membawanya ke rumahnya untuk dia beri makan. Sampai disana Jamin diberi makan,minum,uang dan baju untuk gantinya kemudian ia menceritakan semua pada Kong Sui dan Fi. Kong Sui dan Fi sangat kasihan pada Jamin setelah ia mendengar cerita dari Jamin. Jamin pun sangat berterima kasih pada mereka atas bantuan mereka. Karena merasa badannya sudah terasa baikan ia pun meminta izin untuk pulang. Di rumah Bertes pulang dari Café Pasar Senin dengan katakutan karena tadi ada pertengkaran disana hingga seseorang berlumur darah. Karena waktu itu ia sedang mabuk jadi ia lupa yang ia lakukan karena ia takut diangkap polisi ia sampai berpura-pura dan menyuruh istrina bila polisi datang untuk berbohong. Disaat itulah ia baru sadar bila hidupnya telah rusak. Ia lihat anaknya Johan kenudian ia memeluknya untuk minta maaf tetapi Jamin tidak ada. Sekarang Bertes ingin taubat dan ia telah tau keburukannya dan istrinya. Beberapa saat kemudian dibawa Bertes oleh pihak polisi untuk diperiksa.
Setelah itu Jamin pulang karena ia telah dapat uang yang diinginkan ibu tirinya. Tetapi saat didepan rumah ia mendengar bahwa ayahnya ditangkap polisi. Uang itu pun segera diberikan pada ibu tirinya dan memberikan makanan kepada adiknya dari rumah Kong Sui. Namun baju yang diberikan Kong Sui dan FI diminta ibunya saat meraba celananya terasa ada cincin didalamnya untunglah Jamin dapat merayu ibu tirinya namun akhirnya ketahuan juga. Baju itu akan dijual Inem agar Jamin dapat meminta-minta lagi dan ia juga akan mendapat uang dari hasil menjual baju itu. Cincin itu adalah cincin Nonya Fi karena mungkin Nonya Fi lupa mengambil cincin itu saat dipakaikan pada Jamin. Ia pun merasa bersalah dan berjanji akan mengembalikannya pada Kong Sui da Fi.
Suatu hari Jamin jalan-jalan di jalan Manggan Besar. Ia ingin sekali mengembalikan cincin itu. Tiba-tiba terdengar ada yang memanggilnya ternyata Johan. Johan telah mendapatkan kembali cicin itu. Tetapi sungguh malang,ketika mereka akan sampai di rumah Kong Sui Jamin tertabrak trem yang ada dibelakangnya karena ia berusaha menyelamatkan adiknya dan dirinya sendiri tetapi dirinya malah tidak selamat. Jamin dibawa orang-orang disekitar menuju rumah sakit Glodok. Johan tak mengerti yang terjadi kerena saat kakaknya tertabrak ia terpelanting ke samping jalan kemudian ia mengembalikan cincin itu dan menceritakan semua pada Kong Sui dan Fi.Mereka sangat sedih dan akhirnya Fi dan Johan pergi bersama ke rumah sakit. Jamin tak berdaya lagi seisi ruangan menangis karena iba melihat Jamin. Sekarang Johan bisa mengerti benar bagaimana persaudaraan. Akhirnya Jamin meninggal dunia dengan tenang. Ia dikuburkan da Mangga Dua. Johan sekarang ikut Kong Sui dan Fi yang menyayanginya dan dia pun sekarang bersekolah.
4. Sinopsis Novel “Si Cebol Rindukan Bulan”
Judul : Si cebol rindukan bulan
Pengarang : Aman Datuk Madjoindo
1. Unsur Intrinsik
· Tema : Percintaan
· Latar
Latar sosial : Tradisional . Karena kendaraan waktu itu masih menggunakan bendi.
Latar tempat : Rumah Sutan Pnadeka, Bukit Tinggi, Padang, Stasiun Bukit Tinggi, Penjara, dan di Pariaman
Latar waktu : tanggal 10 Muharam
Latar suasana : tegang. Contohnya saat berkelahi.
· Bahasa : Bahasa Melayu
· Alur : Maju
· Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu
· Penokohan :
- Fatimah : berbudi baik dan rendah hati.
- Amat Pendek/Sutan Pandeka: angkuh, jahat, sombong, tidak perhatian, dan gila hormat.
- Sutan Ajis : bejat dan gila harta
- Didong : Suka menolong, tulus dan baik hati.
Amanat :
Dengarlah pendapat orang lain.
Jangan egois dengan pendapat diri sendiri.
Jadilah orang yang suka menolong.
Jadilah orang yang selalu setia dengan siapapun (pasangan).
Jangan jadi orang yang gila harta
Sinopsis Novel “Si Cebol Rindukan Bulan”
Amat Pendek adalah penduduk Ulakkarang yang paling kaya, tetapi bersifat angkuh dan gila hormat, sehingga orang memberikan gelar Sutan Pandeka. Dia sebenarnya bukan keturunan orang bangsawan, maka dengan segala daya upaya ia berusaha agar dapat menjadi menantu bangsawan kota Padang. Keangkuhan Sutan Padeka tersebut telah menimbulkan kebencian orang kampungnya, sehingga ia selalu menjadi ejekan orang dimana-mana dan diberi gelar Penghulu Wjik X, suatu gelar ejekan, karena kota Padang hanya dibagi menjadi 9 Wijk saja.
Berbeda dengan ayahnya, Fatimah adalah seorang gadis yang berbudi dan rendah hati. Baginya manusia sama saja, baik melarat atau bukan bangsawan maupun kaya atau bangsawan. Fatimah sendiri sudah lama bertunangan dengan seorang pemuda melarat dan bukan keturunan bangsawan bernama Didong. Ia bekerja disuatu kantor dan seseorang yang mempunyai sopan santun yang baik.
Hubungan antara Fatimah dan Didong tidak disenangi oleh Sutan Pandeka yang berhasrat hendak bermenantukan orang bangsawan. Dengan diam-diam Sutan Pandeka mengajak Sutan Ajis (anak seorang bangsawan kota Padang) berkunjung kerumahnya dan memperkenalkan anak muda yang berhidung belang itu dengan Fatimah. Fatimah menerima kedatangan Sujtan Ajis itu dengan hormatnya, karena hendak menjaga hati ayahnya semata-mata. Sutan Ajis sendiri setelah kecantikan dan kehalusan budi bahasa Fatimah tertarik hendak memperistrinya, lebih-lebih karena melihat harta kekayaan Sutan Pandeka yang tak terkira banyaknya itu dengan perhitungan bahwa pastilah harta tersebut akan jatuh ke tangannya kelak, jika ia telah menjadi menantu Sutan Pandeka.
Sejak itu Sutan Ajis semakin sering berkunjung ke rumah Sutan Pandeka untuk memikat hati anak gadisnya. Melihat hal itu Didong merasa tersinggung, karena dia menyangka Fatimah telah menghianati cintanya selama ini.
Pada tanggal 10 Muharam, di Pariaman diadakan perarakan tabut untuk memperingati Hasan-Husin. Fatimah dipaksa oleh ayahnya melihatnya. Dengan bendi yang dikirim oleh Sutan Ajis, Fatimah bersama ayahnya pergi ke Pariaman . Di tengah jalan Fatimah melihat Didong lalu memanggilnya, namun kuda penarik bendi itu telah berlari dengan cepatnya. Setelah berpikir sebentar Didong ingat bahwa di Pariaman ada parakan. Didong yakin bahwa Fatimah pergi juga kesana. Maka diambilnya sepedanya dan dikayuhnya ke Pariaman selama 4 jam. Dengan hati yang panas bercampur sedih, diikutinya bendi yang dinaiki Fatimah bersama Sutan Ajis itu. Pada suatu tempat yang agak sepi kelihatan oleh Didong Fatimah ditarik oleh Sutan Ajis dengan maksud hendak merusak kehormatan Fatimah. Teriakan Fatimah menbuat Didong bertindak cepat dan Sutan Ajis diserangnya. Perkelaian hebat yang terjadi antara keduanya menyebabkan Sutan Ajis mendapat cedera. Sutan Ajis mengadukan peristiwa tersebut kepada polisi yang menyebabkan Didong ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara.
Sejak peristiwa itu Fatimah jatuh sakit. Tubuhnya kian hari kian kurus, mukanya pucat sedang matanya cekung, karena mengenang Didong yan telah membela kehormatannya itu telah berada dalam penjara.
Penderitaan Fatimah itu tidak dihiraukan oleh Sutan Pandeka bahkan pada suatu hari ia mendatangi rumah orang tua Sutan Ajis dan menintanya agar Sutan Ajis diperkenankan jadi menantunya untuk dinikahkan dengan Fatimah. Permintaan itu ditolak oleh orangtua Sutan Ajis.
Penyakit Fatimah yang makin parah itu menyebabkan Sutan Pandeka menjadi bingung. Ia mulai menyesali dirinya yang tidak mengindahkan perasaan anak kandungnya, karena hanya terdorong oleh memperturutkan napsunya sendiri saja. Tetapi hal itu sudah terlambat.
Untuk menghibur hati Fatimah, Sutan Pandeka berjanji akan beusaha agar Didong segera dilepaskan dari penjara. Dengan pertolongan seorang pengacara dan karena ternyata pula tidak bersalah, maka Didong pun dibebaskan. Didong bergegas pergi menjenguk fatimah; tetapi sayang sekali ia gagal menemuinya, karena sesampai di sana dijumpainya Fatimah sudah meninggal. Hal itu menyebabkan Didong menjadi berubah ingatan.
Sepeninggal anaknya, Sutan Pandeka pergi meninggalkan kampung halamannya menuju Bukit Tinggi. Disana ia berjual cambuk dan cemeti. Sering pula ia nampak di stasiun Bukit Tinggi seperti orang gila. Itulah itu akibatnya kalau si cebol merindukan bulan.
5. sinopsis novel “azab dan sengsara”
Judul Buku : Azab dan Sengsara
Karya : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka, terbitan XVII, 2000
Angkatan : 20-an
Jumlah halaman : 124 halaman
I. Unsur-unsur intrinsik Novel
a. Tema : Adat dan kebiasaan yang kurang baik di tengah-tengah masyarakat dapat membawa azab dan sengsara.
b. Penokohan
b. Penokohan
Mariamin : Baik, pengiba, rajin, ramah, penyabar, dan pemaaf
Aminu’ddin : Baik, rajin, pengiba, pandai, dan berbakti.
Sutan Baringin atau Ayah Mariamin : Pemarah, malas, tamak, angkuh, dan bengis.
Nuria atau Ibu Mariamin : Penyabar, sederhana, setia, dan pengiba
Baginda Diatas atau Ayah Aminu’ddin : Baik, rajin, dan bijaksana.
Ibu Aminu’ddin : Baik, pengiba, dan setia.
Kasibun : Jahat, bengis, pandai dalam tipu daya, buas, dan ganas
Marah Sait : Jahat, dan suka menghasut
Aminu’ddin : Baik, rajin, pengiba, pandai, dan berbakti.
Sutan Baringin atau Ayah Mariamin : Pemarah, malas, tamak, angkuh, dan bengis.
Nuria atau Ibu Mariamin : Penyabar, sederhana, setia, dan pengiba
Baginda Diatas atau Ayah Aminu’ddin : Baik, rajin, dan bijaksana.
Ibu Aminu’ddin : Baik, pengiba, dan setia.
Kasibun : Jahat, bengis, pandai dalam tipu daya, buas, dan ganas
Marah Sait : Jahat, dan suka menghasut
c. Latar
Waktu : Senja, malam hari, pagi hari, siang hari, dalam perjalanan pulang dari sawah, hari Jum’at
Tempat : Di atas batu besar di sebelah rusuk rumah dekat sungai sipirok, di dalam rumah Mariamin, rumah Aminu’ddin di kampung A, di sawah, di pondok, di jalan, di stasiun, di rumah kerabat Aminu’ddin di Medan, di perahu, di rumah Kasibun di Medan, dikantor polisi, dan tempat peristirahatan terakhir Mariamin selama-lamanya (di kuburan).
Waktu : Senja, malam hari, pagi hari, siang hari, dalam perjalanan pulang dari sawah, hari Jum’at
Tempat : Di atas batu besar di sebelah rusuk rumah dekat sungai sipirok, di dalam rumah Mariamin, rumah Aminu’ddin di kampung A, di sawah, di pondok, di jalan, di stasiun, di rumah kerabat Aminu’ddin di Medan, di perahu, di rumah Kasibun di Medan, dikantor polisi, dan tempat peristirahatan terakhir Mariamin selama-lamanya (di kuburan).
d. Amanat
· Janganlah menjadi orang yang serakah
· Jangan mengambil hak milik orang lain
· Tabahlah dalam menghadapi segala cobaan
· Adat dan kebiasaan yang kurang baik sebaiknya di hilangkan agar tidak menyengsarakan bagi orang yang menjalankannya.
e. Alur : Campuran
f. Sudut Pandang : Sudut pandang novel ini adalah orang ketiga
g. Gaya Penulisan
Gaya Penulisan dalam Novel Azab dan Sengsara mempergunakan bahasa melayu dan juga banyak sekali mempergunakan majas khususnya majas metafora dan personifikasi yang memberikan kesan lebih indah didalam melukiskan suasana dalam novel tersebut.
f. Sudut Pandang : Sudut pandang novel ini adalah orang ketiga
g. Gaya Penulisan
Gaya Penulisan dalam Novel Azab dan Sengsara mempergunakan bahasa melayu dan juga banyak sekali mempergunakan majas khususnya majas metafora dan personifikasi yang memberikan kesan lebih indah didalam melukiskan suasana dalam novel tersebut.
h. Sinopsis novel “azab dan sengsara”
Suatu keluarga mempunyai dua orang anak, seorang bernama Tohir (setelah dewasa bergelar Sutan Baringin), dan seorang lagi perempuan, adik Sutan Baringin yang kemudian menikah dengan Sutan di atas, seorang Kepala Kampung A dari Luhak Sipirok, dan mempunyai seorang anak tunggal laki-laki bernama Aminu'ddin. Ayah Sutan Baringin bersikap keras dalam mendidik sutan Baringin, dan sikap ini bertentangan dengan istrinya yang selalu memanjakan Sutan Baringin. Apapun yang diminta Sutan Baringin selalu dipenuhi. Akibatnya,setelah dewasa ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang angkuh, bertabiat buruk, serta suka menghambur-hamburkan harta orang tuanya. Kedua orang tuanya menikahkan Sutan Baringin dengan Nuria, seorang wanita yang berbudiluhur pilihan ibunya. Namun, kebiasaan buruk Sutan Baringin tetap dilakukannya sekalipun ia telah berkeluarga. Ia tetap berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orang tuanya, bahkan ia sering berjudi dengan Marah Sait, sahabat karibnya. Ketika ayahnya meninggal, tabiat buruknya semakin menjadi-jadi. Bahkan ia tidak sungkan-sungkan untuk menghabiskan seluruh harta warisan untuk berjudi. Akibatnya, hanya dalam waktu sekejap saja, harta warisan yang diperolehnya terkuras habis. Ia pun jatuh miskin dan memiliki banyak utang. Dari perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak, yang satu adalah perempuan bernama Mariamin, sedangkan yang satunya lagi laki-laki. Mariamin sangat menderita akibat tingkah laku ayahnya. Ia selalu dihina oleh warga kampung, karena hidupnya sengsara, cinta kasih wanita yang berbudi luhur ini dengan Aminu’ddin pun mendapat halangandari kedua orang tua Aminu’ddin.
Persahabatan Aminudin dan Mariamin terjalin semenjak masa kanak-kanak. Menginjak remaja, hubungan keduanya beranjak menjadi hubungan percintaan. Aminu’ddin hendak mempersunting Mariamin. Ia mengutarakan niatnya pada kedua orang tuanya. Ibunya tidak keberatan, tersebab ayah Mariamin, Sutan Baringin, adalah kakak kandungnya. Namun, ayah Aminu’ddin, Baginda Diatas berpandangan berbeda. Mariamin tak layak untuk menikah dengan putranya. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani di daerah Sipirok ia merasa derajat sosialnya akan direndahkan apabila anaknya menikah dengan anak dari almarhum Sutan Baringin; bangsawan kaya raya yang jatuh miskin akibat boros dan serakah itu. Baginda Diatas menginginkan anaknya menikah dengan anak bangsawan kaya yang terhormat. Ia pun menyusun siasat untuk menggagalkan pernikahan Aminu’ddin dengan Mariamin dengan melibatkan seorang dukun.
Demikianlah, Baginda Diatas mengajak istrinya menemui dukun itu untuk meminta pertimbangan atas peruntungan anaknya kelak jika menikah dengan Mariamin. Dukun yang sebelumnya telah dibayar untuk menjalankan siasat Baginda Diatas itu meramalkan jika Aminu’ddin menikah dengan Mariamin maka hidupnya tidak akan bahagia. Istrinya pun termakan ramalan palsu itu. Mereka membatalkan niat untuk menikahkan anaknya dengan Mariamin. Sebagai ganti, mereka meminang anak gadis dari keluarga kaya yang sederajat kebangsawanan dan kekayaannya dengan baginda Diatas. Aminu’ddin yang telah bekerja sebagai pegawai rendah di Medan begitu berbunga-bunga hatinya, ketika sebuah telegram dari ayahnya sampai kepadanya. Ayahnya menjanjikan akan mengantar calon istrinya ke medan. Namun, betapa kecewa ketika yang mendapati bahwa calon istri yang diantarkan oleh ayahnya itu bukanlah Mariamin. Sifat Kepatuhan kepada orang tua yang dimiliki Aminu’ddin membuat ia tiada mungkin menolak pernikahannya dengan gadis itu. Dengan hati luka, Aminu’ddin mengabari Mariamin melalui surat. Mariamin menerima surat itu dengan perasaan kecewa. Namun, apa boleh buat? Aminu’ddin telah memilih untuk menerima gadis yang dipilihkan oleh orang tuanya.
Satu tahun setelah peristiwa itu, ibunda Mariamin menjodohkan anaknya dengan Kasibun, lelaki yang tiada jelas benar asal usulnya. Kasibun mengaku bekerja sebagai kerani di Medan. Ibunya berharap, pernikahan anaknya dengan Kasibun akan mengurangi beban penderitaan mereka. Belakangan barulah diketahui Kasibun ternyata telah beristri, dan menceraikan istrinya itu sebab ingin menikahi Mariamin. Kasibun membawa Mariamin ke Medan. Namun, penderitaan yang diderita Mariamin tidak kian berkurang. Kasibun memiliki penyakit kelamin. Sebab itu Mariamin sering menghindar ketika diajaknya behubungan intim. Pertengkaran demi pertengkaran tak dapat lagi dihindarkan. Kasibun tak segan-segan main tangan kepada istrinya.
Suatu ketika, Aminu’ddin datang bertandang ke rumah Kasibun, dengan tiada disengaja berjumpa dengan Mariamin. Pertemuan yang sesungguhnya berlangsung secara wajar antara kekasih lama itu membangkitkan cemburu di hati Kasibun. Lelaki itu menghajar Mariamin sejadi-jadinya. Kesabaran Mariamin yang telah melampaui batas, membuat Mariamin melaporkan hal itu ke kantor polisi. Ia melaporkan segala keburukan yang telah dilakukan oleh suaminya pada polisi. Dan polisi pun kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda sekaligus memutuskan tali perkawinannya dengan Mariamin.Setelah resmi bercerai dengan Kasibun, dia kembali ke kampung halamannya dengan hati yang hancur. Kesengsaraan dan penderitaan batin serta fisiknya yang terus mendera dirinya menyebabkan ia mengalami penderitaan yang berkepanjangan hinggaakhirnya ajal datang merenggut nyawanya.
6. SINOPSIS NOVEL “SALAH ASUHAN”
Novel angkatan 20-an
Judul buku : Salah asuhan
Penulis : Abdul Muis
Penerbit : Balai Pustaka
Tebal : 402 halaman
Hanafi, laki-laki muda asli minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil hanafi berteman dengan Corrie du Busse, gadis indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama merekapun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbedaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.
Akhirnya ibu hanafi ingin menikahkan hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu hanafi, gadis minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu hanafi ingin menikahkan hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah hanafi. Awalnya hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang kerumahnya. Hanafi dan Rapiah dikaruniai seorang anak laki-laki, yaitu Syafe’i
Suatu hari hanafi digigit anjing gila, maka ia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di Betawi hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun hanafi seperti itu, Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan ibu hanafi. Perkawinwnnya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, samapai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit kholera dan meninggal dunia, hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, hanafi pun pulang kembali kekampung halamannya dan menemui ibunya. Disana hanafi hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakhiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.
7. Sinopsis Novel APA DAYAKU KARENA AKU SEORANG PEREMPUAN
Judul : APA DAYAKU KARENA AKU SEORANG PEREMPUAN
Penulis : Sutan Nur Iskanda
Tahun : 1923 Angkatan : 20 -an
Aku mau bersekolah karena Mamaknya orang yang berkuasa. Mamak lebih berkuasa daripada Bapak. Adat kebiasaan di kampung, kemenakan lebih dahulu ditawarkan oleh Mamaknya sebelum di berikan orang lain. Mamak meninggal, hilang sudah tempat pergantunganku. Tunangannya datang ke rumah. Ia ingin pergi ke Jakarta karena tidak nyaman tinggal di kampung. Ia adalah pengganti Ibu yang sudah meninggal. Ia berjanji jika sudah setahun ia akan kembali ke kampung. Aku risau, karena sebagian besar anak laki-laki yang sekolah di Jakarta tidak mau pulang ke kampung halaman. Teman-teman banyak yang datang mengadu kepadaku akibat menikah muda. Aku tidak boleh membantah, karena ini adalah kehendak orang tua. Sebagian besar suami tidak bertanggung jawab atas masalah kawin paksa. Mereka menganggap perempuan seperti benda yang tidak bernyawa. Semua keluarga pasti malu kalau anak gadisnya tidak cepat-cepat menikah, tetapi menikah di bawah umur mendatangkan banyak masalah. Ani adalah perempuan yang berterus terang. Harta yang ia punya adalah milik Mamaknya dan hasil usaha Bapaknya. Seorang ayah bersifat otokratik terhadap anak perempuannya, bila ia menyekolahkan anaknya dan terlibat dengan cinta. Ani terpaksa menulis surat surat untuk kekasihnya supaya menjemputnya segera, walaupun ia tahu kehidupan kekasihnya belum mapan. Saat kekasihnya menerima surat, permintaannya belum dapat dikabulkan. Kekasihnya ingin ia menikah ketika umurnya sudah cukup. Bapak Ani meminta kekasih Ani untuk megirim ulang surat dan perhelatan akan segera berlangsung. Kalau tidak mengirim surat putus, ia harus mengirim surat talak untuk isterinya. Keluarga harus menutup malu jika anak perempuannya tidak cepat-cepat berkeluarga. Menikah sebelum berpencarian akan menimbulkan masalah besar dalam keluarga. Pandangan generasi tua selalu berkaitan dengan Agama Islam, menikah di usia tua seperti meniru orang Belanda. Ayah merasa menyesal karena Mamak menyekolahkan Ani karena akhirnya Ani tidak menurut dengan orang tua. Sesuatu yang baru sulit dirubah walaupun ada kebenarannya.
Mamak Datok Hitam mempunyai pikiran yang sama dengan Ani. Setelah terima surat dari kekasihnya, Mamak Datok Hitam akan pulang ke kampung dan menjelaskan yang sebenarnya. Amak Datok Hitam bukanlah Mamak kandung, ia selalu di dengar dan di hormati masyarakat kampung. Peranan Mamak Datok Hitam adalah memberika budi pekerti yang lembut, serta memberikan jasa, pendidikan, dan pertanian kepada kampung. Pikiran Mamak Datok Hitam selalu berkaitan dengan pernikahan usia muda. Ia selalu diterima dengan 2 cara, dengan setuju, dan disindir secara halus yang masih kebiasaan rdilakukan oleh masyarakat kampung. Durkana menangguhkan perkawinan karena ingin menguatkan diri dengan senjata hidup dan Ani yang berjanji akan menunggu waktu yang tepat. Mak Datok Hitam berperan bahwa laki-laki harus menaruh belas kasihan terhadap isteri. Mamak datok Hitam berpendapat bahwa laki-laki lupa dengan perasaan perempuan, seperti orang bangsawan yang menganiaya kaum perempuan dan orang tua yang ingin beristeri muda.
8. Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Judul : PERTEMUAN JODOH
Karya : Abdul Moies
Angkatan : 20-an ( balai pustaka )
Ratna, berkenalan dengan pemuda bernama Suparta di kereta, dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Perkenalan Ratna dan Suparta cukup berkesan bagi sepasang anak muda itu. Selanjutnya mereka sepakat untuk melanjutkan hubungan lewat surat.Beberapa bulan kemudian, Suparta mengutarakan keinginannya untuk memperistri Ratna. Kemudian Ratna membalasnya dan menyambut baik niat Suparta.
Sambutan Ibu Suparta ternyata tidak begitu ramah. Ratna kecewa terhadap sikap Nyai Raden Tedja Ningrum yang memandangnya dengan sinis, Setelah kejadian itu, Ratna bertekad untuk melupakan Suparta. Berita pertunangan Suparta dengan Nyai Raden Siti Halimah tidak membuatnya putus asa. Namun kemalangan lain terpaksa harus ia terima. Usaha pembakaran kapur milik ayahnya, Tuan Atmaja, bangkrut. Akibatnya Ratna memutuskan untuk keluar dari sekolahnya karena tidak ada biaya.Ia pun kemudian berusaha mencari pekerjaan. Namun baru empat bulan ia bekerja, toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan. Akhirnya ia menjadi pembantu Tuan dan Nyonya Kornel.
Selama Ratna menjadi pembantu keluarga Kornel, berbagai cobaan harus diterimanya dengan tabah. Kehadirannya dalam keluarga itu tidak luput dari rasa iri Jene, pembantu yang juga bekerja pada keluarga Kornel. Suatu ketika Ratna sakit dan dirawat di Rumah sakit, Secara kebetulan dokter yang merawat Ratna adalah Suparta. Pertemuan itu tentu saja membesarkan hati keduanya. Keyakinan Suparta bahwa Ratna tidak bersalah, ikut mempercepat kesembuhan wanita muda itu. Untuk memulihkan nama baik Ratna, Suparta menyiapkan seorang pengacara terkenal untuk mendampingi gadis pujaannya di pengadilan, karena Ratna masih harus berurusan dengan penegak hukum.
Di pengadilan, terbukti bahwa Ratna tidak bersalah. Pencuri perhiasan Nyonya Kornel ternyata adalah Amat, kekasih Jene. Pembantu keluarga Kornel yang bernama Jene itu diduga diperalat oleh kekasihnya. Pengadilan juga memutuskan bahwa Amat bersalah dan diganjar 5 tahun penjara. Sementara itu, Jene tidak dikenakan hukuman walaupun sebenarnya harus dituntut.
Sidang pengadilan juga telah mempertemukan Ratna dengan Sudarma, adiknya, schatter pegadaian Purwakarta yang bertindak sebagai saksi pertama. Lalu atas kesepakatan Suparta dan Sudarma, Ratna disuruh beristirahat di sebuah paviliun “Bidara Cina”. Gadis itu tidak diizinkan bertemu dengan sembarang orang, kecuali Suparta yang setiap sore datang memeriksa kesehatannya. Lambat laun, kesehatan Ratna mulai pulih. Ia juga mulai dapat mengingat-ingat segala sesuatunya termasuk hubungannya dengan Suparta
Begitu Ratna meninggalkan tempat peristirahatannya, Suparta langsung melamarnya. Tuan Atmadja sekeluarga berkumpul di rumah Sudarma menyelenggarakan pesta perkawinan anaknya dengan Dokter Suparta. Kebahagiaan pengantin baru itu bertambah lagi ketika mereka pulang ke Tagogapu. Rumah ayah Ratna kini lebih besar dibandingkan sebelumnya. Keadaan Tuan Atmaja sekarang sudah lebih baik berkat bantuan kedua anaknya.
9. Sinopsis Novel Robert Anak Surapati
Judul : ROBERT ANAK SURAPATI
Pengarang : Abdoel Moeis
Angkatan : 20- an
Robert adalah seorang anak yang terlahir dari hasil percintaan secara diam-diam seorang ibu keturunan Belanda dengan seorang ayah keturunan Jawa. Ibu Robert meninggal di atas kapal Dolfijn dalam perjalanan pulang ke negeri Belanda, kemudian Robert di asuh dan dijadikan anak angkat Tuan van Reijn seorang saudagar kaya keturunan Belanda.
Robert mengetahui bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari Tuan van Reijn dari surat ayah angkatnya yang ditulis sebelum meninggal dunia. Robert pun akhirnya meninggalkan rumah berpetualang dan akhirnya menjadi serdadu yang siap menjajah.
Dalam surat yang dititipkan ibunya kepada tuan van Reijn dinyatakan bahwa ayah Robert adalah keturunan Jawa. Dalam petualangannya Robert menjadi serdadu Belanda yang ditugaskan menjadi mata-mata Belanda untuk sebuah penyerangan ke daerah Pasuruan untuk mengetahui kekuatan Surapati. Dalam tugas itu Robert ditangkap dan dipenjarakan. Melalui bekal yang diberi ibunya Robert diketahui Surapati ternyata Robert adalah anak kandungnya.
Selama dalam tahanan Robert dilayani dengan ramah dan ditempatkan di ruang yang mewah tidak seperti tahanan yang lain. Surapati mengambil beberapa upaya untuk meyakinkan Robert bahwa dirinya adalah anak kandungnya, namun Robert sangat tidak menerima hal ini.
Surapati akhirnya mati setelah penyerangan Belanda, kemudian Robert pun dilepaskan dan diantarkan ke perbatasan oleh saudaranya atas wasiat ayahnya Surapati. Robert yang merasa belum mendapat kehormatan, ia ingin ikut berperang. Digna sangat berat melepas Robert, ia tak mau kehilangan orang yang ia sayang. Setelah lama, Digna mendengar kabar bahwa Robert gugur dalam medan perang, ia terkenal karena perjuangannya. Dan akhirnya Robert pun gugur sebagai pahlawan.
10. Sinopsis Novel Anak Dan Kemenakan
Judul : ANAK DAN KEMENAKAN
Pengaran : Marah Rusli
Angkatan : 20- an (Balai Pustaka)
Mr. Muhammad Yatim, dr.Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang sudah menjalin persahabatan dari kecil, mereka semua berasal dari keluarga bangsawan. Selain hubungan persahabtan, diantara kedua pasangan anak muda itu juga terjalin hubungan antara kekasih. Mr. Muhammad Yatim mencintai Puti Bidasari, yang merupakan adik angkatnya dan dibesarkan dalam satu keluarga yaitu keluarga Sutan Alamsyah dan istrinya Sitti Maryam. Sedangkan Sitti Nurmala menjalin hubungan dengan dr.Aziz. Sitti Nurmala merupakan putri dari saudagar kaya di Padang yaitu Baginda Mais dan istinya Upik Bunngsu. Sutan Alamsyah sangat bahagia atas kedatangan anaknya Mr. Yatim dari negeri Belanda yang sudah menyelesaikan sekolahnya sebagai Hakim Tinggi sehingga dia mendapat gelar Master Doktor, yang pada saat itu adalah gelar tertinggi di Padang, dan hanya Mr. Yatim yang mendapat gelar tersebut.
Sutan Alamsyah Hopjaksa ingin mempersandingkan anaknya Mr. yatim dengan keponakannya Puti Bidasari yang merupakan anak kakak perempuannya yaitu Putri Renosari dan Sutan Baheram, tapi lamaran Sutan Alamsyah ditolak, karena mereka tahu asal-usul Mr. Yatim yang bukan anak kandung Sutan Alamsyah. Mereka kira Mr. Yatim adalah anak tukang pedati yang miskin, meskipun dibesarkan dan diangkat anak oleh Sutan Alamsyah bahkan sampai disekolahkan dan mendapat gelar Mester Doktor di Negeri Belanda.
Adat tetap adat dan selalu membelenggu, mengukung dan membagi dalam tingkat kehidupan masyarakat, seperti halnya Putri Renosari yang ingin menikahkan anaknya dengan seorang bangsawan lagi. Bidasari akan dikawinkan dengan turunan bangsawan tinggi Sutan Malik, kemenakan Sutan Pamenan yang gemar berjudi dan menyabung ayam.Biaya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik ditanggung oleh Baginda Mais yang merasa diuntungkan dengan pernikahan Puti Bidasari dan Sutan Malik, karena kesempatan untuk menikahkan putrinya Sitti Nurmala dengan Mr. Yatim terbuka lebar. Akankah Mr. Yatim menikah dengan Bidasari ataukah akan bersanding dengan Sitti Nurmala sebagaimana permintaan ayah angkatnya Sutan Alamsyah, sedangkan Sitti Nurmala adalah kekasih dr. Aziz yang merupakan sahabat karibnya dari kecil.
11. Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
Judul :DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH
Penulis : HAMKA
Tahun : 1938
Seorang pemuda bernama Hamid, sejak berumur empat tahun telah ditinggal mati ayahnya. Ayah Hamid mula-mula ialah seorang yang kaya. Karena itu banyak sanak saudara dan sahabatnya. Tetapi setelah perniagaannya jatuh dan menjadi melarat, tak ada lagi sanak saudara dan sahabatnya yang datang. Karena sudah tak terpandang lagi oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid beserta ibunya ke kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di tempat itulah ayah Hamid meninggal.Tatkala Hamid berumur enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi.
Di dekat rumah hamid terdapat sebuah gedung besar yang berpekarangan luas. Rumah itu telah kosong karena pemiliknya, seorang Belanda, telah kembali ke negerinya. Hanya penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama Pak Paiman. Tetapi tak lama kemudian, rumah itu dibeli oleh seorang-orang kaya yang bernama Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak Asiah dan anaknya hanya seorang perempuan saja yang bernama Zainab.
Setiap hari Hamid dipanggil oleh Mak Asiah karena hendak membeli makanan yang dijualnya itu. Pad awaktu itu juga ia ditanya oleh Mak Asiah tentang orang tuany6a dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar ibunya datang ke rumahnya. Sejak kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak Asiah itulah, maka persahabatan mereka itu menjadi karib dan Hamid beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Ketika Hamid berumur tujuh tahun, ia pun atas biaya Haji Jakfar yang baik hati itu disekolahkan bersama-sama anaknya, Zainab, yang umurnya lebih muda daripada Hamid. Pergaulan Hamid dengan Zainab, seperti pergaulan antara kakak dengan adik saja. Setelah tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun sama-sama dilanjutkan sekolahnya ke Mulo. Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab, karena menurut adat Zainab harus masuk pingitan, sedang Hamid yang masih dibiayai oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah agama di Padangpanjang. Di sekolah itulah Hamid mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Saleh.
Pada suatu petang, tatkala Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir, bertemulah ia dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kubur suaminya. Ia naik perahu sewaan bersama-sama dua orang perempuan tua lainnya. Pada pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada keesokan harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak Asiah agar ia mau membujuk Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan kemenakan Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi permintaan itu ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum lagi hendak menikah.
Penolakan itu sebenarnya disebabkan Zainab sendiri telah jatuh cinta kepada Hamid. Bagi Hamid sendiri, sebenarnya ia cinta kepada Zainab, hanya cintanya itu tidak dinyatakan berterus terang kepada Zainab. Karena itulah, sebenarnya suruhan Mak Asiah itu bertentangan dengan isi hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah Mak Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Dari Medan Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk minta diri pergi menurutkan kemana arah kakinya berjalan. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab yang dalam kesepian itu.
Demikian beberapa sinopsis novel yang dapat ku sampakaikan pada kalian.
Terimakasih sudah mengunjungi blog ku. semoga bermanfaat...........................................................
tolong di comment ya...................
Demikian beberapa sinopsis novel yang dapat ku sampakaikan pada kalian.
Terimakasih sudah mengunjungi blog ku. semoga bermanfaat...........................................................
tolong di comment ya...................
No comments:
Post a Comment